Jakarta,Rekam-jejak.id – Di cakrawala Timur Tengah yang selalu bergejolak, ketegangan kembali mencapai titik didih pada 17 Agustus 2025. Israel, dengan kekuatan militernya, melancarkan serangan udara yang menyasar wilayah Yaman, memicu kobaran api yang berpotensi meluas ke seluruh kawasan.
Dalih yang diutarakan Israel adalah bahwa serangan tersebut ditujukan untuk menghancurkan infrastruktur energi yang dikendalikan oleh kelompok Houthi di sekitar ibu kota Yaman, Sanaa. Tindakan ini diklaim sebagai balasan atas serangkaian serangan rudal dan drone yang dilancarkan Houthi ke wilayah Israel sejak konflik Israel-Hamas meletus pada Oktober 2023.
Namun, narasi ini dibantah oleh kelompok Houthi, yang melaporkan bahwa serangan Israel justru menghantam pembangkit listrik Haziz yang terletak di selatan Sanaa. Klaim yang saling bertentangan ini semakin memperkeruh suasana, menyulitkan upaya untuk mencari kebenaran di tengah kabut peperangan.
Sejak Oktober 2023, kelompok Houthi memang telah berulang kali meluncurkan serangan ke Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan Palestina. Aksi ini memicu respons keras dari Israel, yang tidak segan-segan membalas dengan serangan udara ke basis-basis Houthi di Yaman.
Konflik ini semakin meluas ketika Houthi memperluas target serangannya ke kapal-kapal yang terkait dengan Israel di Laut Merah dan Teluk Aden. Bahkan, kapal-kapal milik Amerika Serikat dan Inggris pun tak luput dari serangan, semakin memperumit situasi dan meningkatkan risiko terjadinya konfrontasi yang lebih besar.
Meskipun sempat ada kesepakatan gencatan senjata antara Houthi dan Amerika Serikat pada Mei 2024, perdamaian yang rapuh ini tidak bertahan lama. Houthi tetap bersikeras untuk melanjutkan serangannya terhadap kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel, menunjukkan bahwa akar konflik ini jauh lebih dalam daripada sekadar isu sektarian atau kepentingan ekonomi.
Di tengah pusaran kekerasan yang tak berkesudahan ini, dunia hanya bisa berharap agar para pihak yang terlibat dapat menahan diri dan mencari solusi damai untuk mengakhiri konflik ini. Sebab, setiap tetes darah yang tumpah hanya akan memperpanjang daftar panjang penderitaan dan memperburuk prospek perdamaian di Timur Tengah.
Baca Juga : 👇
Respon (1)
Komentar ditutup.